kemudahan memahami Islaam


9. Sihir
12 Januari 2008, 1:34 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

Selanjutnya teman, di antara pembatal keislaaman adalah:

9. Sihir, barangsiapa yang melakukan sihir atau memintanya atau ridha kepada perbuatan sihir yang padanya terdapat kekufuran maka sungguh ia telah malakukan perbuatan pembatal keislaaman. 

Sihir adalah perbuatan yang dilakukan oleh tukang sihir.

Dari penjelasan para ulama dapat disimpulkan bahwa sihir terbagi menjadi tiga: 

1. Sihir yang menggunakan buhul-buhul (ikatan-ikatan), jampi-jampi, tiupan-tiupan, jimat-jimat, bacaan-bacaan dan tulisan-tulisan yang tidak dimengerti, yang mana dengan jenis sihir ini para tukang sihir itu meminta bantuan setan-setan yang terkutuk untuk memudharatkan orang yang disihir. Ini adalah perbuatan kekafiran.

Dan sihir seperti ini memang memiliki pengaruh baik berupa kematian orang yang disihir, atau orang yang disihir menjadi sakit atau ia menjadi menderita gangguan pada jiwa dan akalnya. Namun tentunya hal itu dapat terjadi jika Allah menghendakinya, apa yang Allah kehendaki terjadi pasti terjadi dan apa yang Allah kehendaki tidak terjadi tidak akan pernah terjadi.

2. Sihir yang tidak hakiki berupa pengkhayalan dari tukang sihir kepada orang-orang yang disihir dengan meminta bantuan kepada para setan yang terkutuk. Ini juga adalah perbuatan kekafiran.

Sihir jenis ini misalnya seorang tukang sihir mengkhayalkan atas mata-mata manusia bahwa ia bisa merubah bentuk suatu benda, misalnya merubah batu menjadi hewan. Dan apa yang mereka lakukan itu hanyalah sekedar pengkhayalan atas mata-mata orang yang mereka sihir. Sedangkan pada keadaan sebenarnya benda-benda tersebut tidaklah berubah, karena tidak ada yang bisa merubah wujud suatu benda kecuali hanya Allah.

“(Musa) menjawab: ‘Lemparkanlah (lebih dahulu oleh kalian)!’. Maka tatkala mereka melemparkan , mereka menyihir mata-mata manusia dan membuat mereka (para manusia) menjadi takut serta mereka (para tukang sihir itu) mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan)” (Terjemahan surat Al-A’raaf : 116)

“(Musa) berkata: ‘Bahkan (silahkan) kalian sekalian melemparkan’. Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka dibayangkan kepadanya dengan sihir mereka seakan-akan ia (tali-tali dan tongkat-tongkat mereka itu) merayap cepat”. (Terjemahan surat Thaha : 66)

Teman -semoga Allah merahmatimu- ketahuilah bahwa termasuk contoh-contoh sihir antara lain: seorang tukang sihir menampakkan (beratraksi) bahwa ia membunuh seseorang kemudian menghidupkannya lagi, memotong kepala seseorang lalu disambungkan lagi, menarik mobil dengan rambutnya, memakan api, menikam sendiri tubuh dan matanya dengan pedang besi tanpa merasakan sakit dan tidak berbekas, memakan kaca, ilmu pelet, guna-guna, ilmu santet, teluh tenung, perdukunan, ilmu nujum, ramalan bintang, atau yang lainnya. Maka ini adalah sihir, walaupun mereka menamakan kejahatan ini bukan dengan sihir. Ini adalah sihir walaupun tukang-tukang sihir itu menamakan diri mereka bukan dengan nama tukang sihir. Kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan.

Kemudian ada juga ulama yang menambahkan jenis yang ketiga dari sihir, yaitu:

3. Sihir yang menggunakan obat-obatan atau ramuan-ramuan yang memilki pengaruh terhadap tubuh maupun pikiran orang yang disihir, dengan tidak meminta bantuan setan. Ini adalah perbuatan kefasikan dan dosa besar.

Teman, apakah tukang sihir dan orang yang mempelajari sihir kafir?

Sebagian ulama berpendapat memutlakkan bahwa tukang sihir dan orang yang mempelajari sihir adalah kafir. Alasannya : karena mereka tidak akan bisa mempelajari dan mencapai kemampuan sihir tersebut kecuali dengan melakukan perbuatan kekafiran, misalnya: meminta tolong kepada setan, mengabdi kepada setan, mengolok-ngolok diin Islaam (seperti: menginjak-nginjak kitab suci Al-Qur-aan, menjadikannya alas kaki, dan hal-hal lainnya). Kita berlindung kepada Allah dari segala macam perbuatan kekufuran.

Dan sebagian ulama merinci, di mana mereka membagi bahwa perbuatan sihir ada yang berupa perbuatan kekafiran dan ada yang berupa perbuatan kefasikan;

1. Yang berupa perbuatan kekafiran adalah yang padanya terdapat hal-hal kekafiran, seperti: meminta tolong kepada setan, menginjak-nginjak kitab suci Al-Qur-aan, dan lain-lainnya. Maka pelaku sihir ini dan orang yang mempelajarinya dihukumi kafir.

2. Yang berupa perbuatan kefasikan adalah sihir yang hanya menggunakan obat-obatan dan ramuan-ramuan atau bahan-bahan kimia tertentu tanpa ada padanya perbuatan-perbuatan kekafiran. Maka ini hukumnya adalah kefasikan dan dosa besar. Wallahu a’lam.

“Dan mereka1 mengikuti apa yang dibaca setan-setan pada (masa) kerajaan Sulaymaan (dan mereka mengatakan bahwa Sulaymaan itu mengerjakan sihir), padahal Sulaymaan tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi setan-setan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan kepada manusia sihir dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Baabil (yaitu) Haarut dan Maarut, dan tidaklah keduanya mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sampai (terlebih dahulu) mereka berdua mengatakan: ‘Sesungguhnya kami berdua adalah fitnah maka janganlah kalian kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan seorang (suami) dengan istrinya. Dan tidaklah mereka (tukang sihir itu) dapat memberikan mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah2. Dan mereka mempelajari apa yang memudharatkan mereka dan (sama sekali) tidak bermanfaat untuk mereka. Dan sungguh mereka telah mengetahui bahwa sungguh orang yang membelinya3 tiadalah baginya keberuntungan di akherat, dan sungguh amat buruklah apa yang mereka jual diri mereka dengannya kalau mereka mengetahui”. (Terjemahan surat Al-Baqarah : 102) 

Keterangan:

1 Yaitu orang-orang yahudi yang Allah sebutkan pada beberapa ayat sebelum ayat ini.

2 Hal ini tentunya sesuai dengan keagungan Allah. Sesungguhnya semua perbuatan Allah adalah baik. Sesungguhnya Allah Maha Memiliki hikmah.

3 Yaitu membeli sihir itu. Ada ulama yang menyebutkan dalam kitab tafsir mereka bahwa maksud firman Allah ini adalah : membeli sihir dengan kitab Allah. Dan ada juga yang menyebutkan bahwa maksud firman Allah ini adalah : membeli sihir dengan diin Islaam dan al-haq. Dan ada juga yang membawakan pendapat yang lain. Wallahu a’lam.

Demikianlah saudara-saudariku maka hendaknya kita menjauhi segala macam praktek kesyirikan, apakah dengan alasan untuk kesehatan, hiburan, tontonan, budaya, atau alasan apapun. Karena barangsiapa yang melakukan sihir atau memintanya atau ridha kepada perbuatan sihir yang padanya terdapat kekufuran maka sungguh ia telah malakukan perbuatan pembatal keislaaman.  Kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan. Ya Allah berikanlah kami petunjuk untuk senantiasa istiqamah di atas Islaam.

Bersambung..



8. Kemunafikan Akbar
12 Januari 2008, 1:33 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

8. Kemunafikan Akbar

Teman -semoga Allah menjagamu dan menjauhkan diriku dan dirimu dari kemunafikan dan akhlaq yang buruk-, ketahuilah bahwasanya nifaaq (kemunafikan) terbagi menjadi dua:

1. Nifaaq I’tiqaadiy (nifaaq akbar/besar), yaitu: seseorang menampakkan keislaaman pada kehidupannya dan menyembunyikan kekufuran dalam hatinya.

Maka pelaku nifaaq ini zhahirnya adalah muslim, namun sebenarnya ia adalah kafir. Seseorang yang zhahirnya adalah muslim maka kita perlakukan ia sebagai seorang muslim, adapun hatinya kita serahkan kepada Allah. Dan jika ia mati di atas kemunafikannya yang besar ini maka tempat kembalinya adalah lapisan yang paling dasar dari neraka.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu (Muĥammad) sekali-kali tidak akan mendapat seorangpun penolong bagi mereka. Kecuali orang-orang yang bertaubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (diin) Allah serta ikhlas (mengerjakan) diin mereka untuk Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang yang beriman, dan kelak Allah akan memberikan orang-orang yang beriman balasan yang besar”. (Terjemahan surat An-Nisaa` : 145-146) 

Di antara tanda munafiq akbar:

1.      Benci kepada Islaam.

2.      Tidak senang jika Islaam mendapatkan kejayaan.

3.      Berpaling dari Islaam, tidak mau tahu dan tidak mau lagi mempelajari dasar pokok Islaam.

4.      Benci kepada Rasuulullah –‘alayhishshalaatu wassalaam-

5.      Tidak mempercayai Rasuulullah –‘alayhishshalaatu wassalaam-

6.      Tidak mempercayai sebagian yang di bawa Rasuulullah -‘alayhisshalatu wassalam-

7.      Merasa senang saat direndahkannya Islaam. 

2. Nifaaq ‘amaliy (nifaaq kecil) yaitu: sifat-sifat tercela yang disebutkan dalam syari‘at bahwa ia adalah perbuatan kemunafikan namun bukan termasuk nifaaq i‘tiqaadiy. Maka pelakunya tidaklah keluar dari Islaam.

Contoh nifaaq ‘amaliy: barangsiapa yang jika berbicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari, jika dipercaya ia berkhianat. (Lihat ĥadiits riwayat Imam Al-Bukhaariy no. 33 dan Imam Muslim no. 59)

Kita berlindung kepada Allah dari segala macam kemunafikan.  

Bersambung..



pembatal keislaaman [6] : pembatal keislaaman yang ke 6 dan ke 7
12 Januari 2008, 1:24 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

Bismillah, washshalaatu wassalaam ‘alaal-mab‘uutsi raĥmatan lil-‘aalamiin Nabiyyinaa Muĥammad.Saudara-saudariku –semoga Allah memudahkan urusanmu-, selanjutnya di antara pembatal keislaaman adalah:

6. Menghalalkan sesuatu yang telah dimaklumi dalam Islaam bahwa hal tersebut adalah haram.

Misalnya: seseorang yang mengatakan perbuatan zina itu adalah boleh (halal), atau bahwasanya judi adalah boleh (halal), dan hal-hal lainnya yang telah dimaklumi  keharamannya. Coba kita tanyakan kepada anak-anak kaum muslimin yang masih bersih pemikirannya; apakah hukumnya zina? Apakah hukumnya judi? Mereka akan menjawab; haram, dosa, tidak boleh.

Maka teman, berhati-hatilah kita dari perbuatan menghalalkan apa yang telah dimaklumi dalam Islaam bahwa Allah telah mengharamkannya. Kita berlindung kepada Allah dari segala macam perbuatan kekufuran.Tentu saja sebagaimana telah disebutkan di awal-awal pembahasan bahwasanya orang tersebut dikafirkan jika ia melakukannya tanpa takwil atau dengan takwil tetapi takwil yang tidak teranggap. Adapun seseorang yang menghalalkan sesuatu yang haram karena mentakwil nash dan takwilnya adalah takwil yang teranggap maka ia tidak dikafirkan.

Oleh karena itu teman, renungilah apa yang telah kusampaikan ini. Apalah artinya hidup ini jika kita tidak memiliki keiimaanan. Inginkah engkau ke surga Allah? Inginkah engkau kebahagiaan di dunia dan akherat? Jika iya, maka jagalah selalu keislaamanmu, sayangilah selalu keiimaananmu.

Teman -semoga Allah memberikan taufiq kepada kita untuk senantiasa istiqamah-, selanjutnya diantara pembatal keIslaaman adalah:

7. Berkeyakinan bahwa seseorang itu boleh keluar dari syari‘at Nabi Muĥammad –‘alayhishshalaatu wassalaam-. Misalnya: orang yang menamakan diri mereka sebagai muslim, namun tidak mau lagi shalat, tidak mau lagi bayar zakat, tidak mau lagi puasa. Mereka mengatakan bahwa shalat, puasa, zakat adalah untuk muslim yang masih awam (biasa), adapun orang-orang yang sudah sampai pada derajat tertentu maka ia tidak perlu lagi mengikuti syari‘at Nabi Muĥammad – ‘alayhishshalatu wassalam- karena mereka telah mengambil ilmu langsung dari Allah. Mereka tidak perlu lagi shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah wajib lainnya. Mereka boleh berzina, minum minuman keras, dan melakukan keharaman-keharaman lainnya.. Kepada Allah kita mengadu, kepada Allah kita memohon pertolongan.

Maka teman -semoga Allah menjadikan kita faqih dalam urusan diin kita- ketahuilah bahwa perbuatan seperti itu adalah perbuatan kekafiran. Bukankah Nabi Muĥammad –‘alayhishshalaatu wassalaam- yang mana Beliau –‘alayhishshalaatu wassalaam- adalah seorang rasul, manusia terbaik, manusia yang telah dipastikan masuk surga, namun Beliau –‘alayhishshalaatu wassalaam- senantiasa menjaga shalat, puasa, zakat, dan ibadah-ibadah lainnya sampai akhir hayat Beliau –‘alayhishshalaatu wassalaam-. Apakah mereka lebih baik dari Rasuulullah –‘alayhishshalaatu wassalaam-? Maka sungguh apa yang mereka ucapkan adalah sebuah kedunguan yang sangat. Kepada Allah kita berlindung dari kebodohan. Ya Allah tambahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat. Ya Allah jauhkanlah kami dari segala macam kesesatan. Sesungguh-Nya Engkau Maha Mendengar dan Maha Kuasa.

Bersambung..



pembatal keislaaman [6]: pembatal ke 4 dan5
12 Januari 2008, 1:10 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

Alĥamdulillah, washshalaatu wassalaam ‘alaa Nabiyyinaa Muĥammad wa ‘alaa aalihi wa man tabi‘ahum bi iĥsaanin ilaa yawmid diin. Kemudian, pembatal keislaaman yang selanjutnya:

4. Barangsiapa yang membenci sesuatu hal yang merupakan bagian dari diin ini yang Nabi Muĥammad –‘alayhishshalaatu wassalaam- datang dengannya walaupun orang itu melakukan hal tersebut maka ia telah melakukan perbuatan pembatal keislaaman.

5. Barangsiapa yang mengolok-ngolok sesuatu bagian dari diin Islaam ini, maka ia telah melakukan perbuatan pembatal keislaaman.

“Katakanlah (Ya Muĥammad):  ‘Apakah dengan Allah dan ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok?’ Tidak usah kalian meminta ‘udzur, sungguh kalian telah kafir sesudah beriman”. (Terjemahan surat At-Tawbah : 65-66) 

Teman -semoga Allah senantiasa menjagamu-, renungkanlah: para ulama telah menjelaskan bahwa orang yang melakukan pembatal-pembatal keislaaman dengan alasan hanya sekadar bergurau atau sekedar bercanda padahal telah sampai dan tegak atasnya hujjah maka alasannya tidaklah diterima, karena ia telah melakukannya dengan sadar dan kehendak sendiri. Maka hendaknya kita berhati-hati. Jangan sampai kita melakukan pembatal-pembatal keislaaman dengan alasan hanya sekadar bergurau.

Saudara-saudariku –semoga Allah menjauhkan diriku dan dirimu dari akhlak yang buruk- sudah selayaknya kita selaku orang yang beriman jika datang kepada kita ketetapan Allah maka kita mendengar dan taat terhadap apa yang telah Allah putuskan tersebut. Kita berusaha untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan sebaik mungkin. Kita berusaha, berdoa kepada-Nya memohon petunjuk dan pertolongan-Nya, kemudian bertawakkal kepada-Nya. Adapun jika kita belum mampu, maka jangan sampai kita menentang keputusan Allah. Mintalah ampun kepada-Nya, akuilah kelemahan dan kesalahan kita kepada-Nya, mintalah kepada-Nya petunjuk dan kemudahan untuk dapat melaksanakan ketetapan-Nya tersebut, Lalu berusahalah untuk melaksanakan hal tersebut sebaik mungkin dan semampumu. Jangan sampai kita menentang perintah Allah, atau membencinya, atau sampai mengolok-ngoloknya. Karena perbuatan membenci dan mengolok-ngolok sesuatu dari syari‘at diin Islaam adalah perbuatan kekufuran. Hendaknya kita senantiasa menjaga lisan dan hati-hati kita. Kepada Allah kita berlindung dan memohon keselamatan di dunia dan di akhirat.

Dan sungguh perkara ini telah banyak diremehkan. Teman -semoga Allah menjagamu-, seringkali kita dengar ucapan-ucapan yang mengolok-ngolok diin Islaam, yang mungkin kita telah menganggap cemoohan tersebut hal yang biasa, padahal hal tersebut adalah perkara yang sangat besar dan berbahaya. Misalnya ketika ada seorang muslim yang ingin melaksanakan syiar-syiar Islaam dalam kesehariannya seperti masalah janggut, maka diolok dengan “kambing”..“janggut kambing” -kita berlindung kepada Allah dari perbuatan mengolok-olok seperti ini-, padahal Rasuulullah –‘alayhishshalaatu wassalaam- adalah pria yang berjanggut lebat dan memerintahkan kaum lelaki dari umatnya untuk membiarkan janggut mereka tumbuh. Dan masih banyak lagi contoh yang lain. Karena itu duhai kaum muslimin yang masih menyayangi keimanannya, duhai kaum muslimin yang masih menyayangi dirinya, senantiasalah bertaqwa kepada Allah dan jagalah lisan-lisan kita. Kepada Allah kita memohon petunjuk.  

Bersambung..


pembatal keislaaman [5] : Tidak mengkafirkan orang-orang non muslim. Padahal Allah telah mengkafirkan siapa saja yang tidak mau berislaam di banyak tempat di dalam Al-Qur-aan.
12 Januari 2008, 12:58 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

Alĥamdulillah, washshalaatu wassalaam ‘alaa Nabiyyinaa Muĥammad wa ‘alaa aalihi. Selanjutnya saudara-saudariku.. diantara pembatal-pembatal keislaaman adalah:

3. Tidak mengkafirkan orang-orang non muslim. Padahal Allah telah mengkafirkan siapa saja yang tidak mau berislaam di banyak tempat di dalam Al-Qur-aan.

Dan Rasuulullah –‘alayhishshalaatu wassalaam- telah bersabda dalam ĥadiits riwayat Imam Muslim no. 154 dari shahabat yang mulia Abuu Hurayrah -radhiyallahu ‘anhu-, yang artinya:

“Demi Yang jiwa Muĥammad di tangan-Nya, tidaklah seorangpun dari umat ini yang mendengar tentang aku, seorang yahudikah atau seorang nashara, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya, melainkan ia termasuk penghuni neraka”.

Maka berhati-hatilah saudara-saudariku.. betapa banyak kita sering dengar propaganda-propaganda sesat: “janganlah kita saling mengkafirkan pemeluk diin lain…”, “janganlah sebagai muslim kita merasa yang paling benar keyakinannya…”, “semua diin adalah baik. Islaam, kristen, budha, hindu, konghucu semua itu baik. Semuanya benar. Hanya cara dan jalannya yang beda…”, “Walaupun kita beda ‘aqiidah dan hubungan darah kita tetap manusia yang saling bersaudara…”, dan propaganda-propaganda lainnya yang mencoba merusak ‘aqiidah kaum muslimin.

Maka waspadalah teman. Dan peganglah dengan erat bahwa diin yang diterima oleh Allah hanyalah Islaam. Barangsiapa yang tidak mau berislaam maka dia adalah kafir, tempat kembalinya adalah neraka. Kita berlindung kepada Allah dari segala macam kekufuran.

“Sesungguhnya diin (yang diterima) di sisi Allah (hanyalah) Islaam”. (Terjemahan surat Ali ‘Imran : 19)

“Dan Aku telah meridhai bagi kalian Islaam sebagai diin”. (Terjemahan surat Al-Maa-idah : 3)

“Dan kembalilah kalian kepada Rabb kalian dan berserah dirilah (berislaamlah) kepada-Nya sebelum datang kepada kalian adzab kemudian kalian tidak dapat ditolong (lagi)”. (Terjemahan surat Az-Zumar : 54)

“Maka janganlah sekali-kali kalian mati melainkan kalian dalam keadaan sebagai muslim”. (Terjemahan surat Al-Baqarah : 132)

“Dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan kalian dalam keadaan sebagai muslim”. (Terjemahan surat Aali ‘Imraan : 102)

“Maka apakah selain diin Allah yang mereka cari sedangkan kepada-Nya-lah berserah diri semua yang di langit-langit dan bumi, baik dalam keadaan suka maupun terpaksa, dan kepada-Nya-lah tempat kembali”. (Terjemahan surat Ali ‘Imran : 83)

“Dan barang siapa yang mencari selain Islaam sebagai diin (baginya) maka tidak akan diterima darinya dan dia di akherat termasuk orang-orang yang merugi”. (Terjemahan surat Ali ‘Imran : 85)

Islaam berdasarkan istilah syari‘at ada yang bermakna umum dan ada yang bermakna khusus. Islaam bermakna umum adalah setiap diin yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. Maka ketika masa Nabi Muusaa –‘alayhissalaam-, orang-orang yang beriman kepada Beliau –‘alayhissalaam- disebut dengan muslim. Begitu pula pada masa Nabi ‘Isaa –‘alayhissalaam-, orang-orang yang beriman kepada Beliau –‘alayhissalaam- adalah seorang muslim. Begitu pula pada masa Nabi-Nabi yang lain.

Islaam bermakna khusus adalah diin yang dibawa oleh Nabi Muĥammad –‘alayhishshalaatu wassalaam-. Dan Beliau –‘alayhishshalaatu wassalaam- adalah utusan Allah sebagai penutup para Nabi dan Rasul, serta sebagai penyempurna semua diin para Nabi sebelum Beliau –‘alayhishshalaatu wassalaam- diutus. Barangsiapa yang tidak mau beriman kepada Beliau –‘alayhishshalaatu wassalaam- maka ia kafir, walaupun orang itu mengaku beriman kepada Nabi Muusaa –‘alayhissalaam- atau mengaku beriman kepada Nabi ‘Isa –‘alayhissalaam-. Kepada Allah kita memohon taufiq dan petunjuk untuk meniti jalan yang lurus.  

Bersambung..



pembatal keislaman [4] : Mengambil perantara ketika memohon hajat atau ditimpa musibah yang ia berdoa dan berharap kepada perantara itu.
12 Januari 2008, 12:45 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

Alĥamdulillah, washshalaatu wassalaam ‘alaa Nabiyyinaa Muĥammad wa ‘alaa aalihi. Selanjutnya saudara-saudariku.. diantara pembatal-pembatal keislaaman adalah:

2.                  Mengambil perantara antara ia dan Allah ketika memohon hajat atau ditimpa musibah yang ia berdoa dan berharap kepada perantara itu.

Dan sungguh hal ini sangat banyak menimpa kaum muslimin. Kita saksikan orang-orang tersebut ketika ditimpa musibah mereka mengatakan: “Ya Syaykh Fulan..” “Ya Wali Fulan..”. Kita saksikan pula mereka menangis di sisi-sisi kuburan orang-orang yang di anggap saleh. Bahkan kita saksikan pula konvoi bis bertuliskan “Tour Ziarah ke Makam para Wali”, lalu di makam para ‘wali’ tersebut mereka menjadikan ‘wali-wali’ tersebut sebagai perantara antara mereka dan Allah di mana mereka berdoa dan berharap serta bertawakkal kepada ‘wali-wali’ tersebut. Kepada Allah kita mengadu, kepada Allah kita memohon pertolongan.

Apabila dikatakan kepada mereka: “Mengapa kalian menjadikan orang-orang ini sebagai perantara antara kalian dengan Allah?”

Maka mereka akan menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saleh.. mereka adalah orang yang memiliki kedudukan di sisi Allah. Mereka ini adalah orang-orang yang akan mendekatkan diri kami kepada Allah. Mereka ini adalah orang-orang yang akan memberi syafa‘at untuk kami di sisi Allah.” 

Maha Suci Allah, bukankah jawaban mereka itu adalah sebagaimana perkataan orang-orang musyrik kafir dahulu.. 

“Dan mereka beribadah (menyembah) kepada selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula dapat memberikan manfaat kepada mereka, dan mereka berkata: ‘Mereka ini adalah pemberi syafa‘at kepada kami di sisi Allah’” (Terjemahan surat Yuunus sebahagian ayat ke 18) 

“Dan orang-orang yang mengambil pelindung (wali-wali) selain Allah (berkata): ‘Tidaklah kami beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’ Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka padanya berselisih. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang sangat pendusta lagi sangat kafir (ingkar).” (Terjemahan surat Az-Zumar sebahagian ayat ke 3) 

Apabila dikatakan kepada mereka: “Mengapa kalian menjadikan orang-orang ini sebagai perantara antara kalian dengan Allah? Jangan kalian melakukannya ini adalah kesyirikan!”  

Maka mereka akan menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saleh.. mereka adalah orang yang memiliki kedudukan di sisi Allah. Kami telah mendapati nenek moyang dan kyai-kyai kami melakukannya. Diamlah kalian! Kalian adalah orang-orang yang tidak menghormati orang-orang saleh” 

Maha Suci Allah, bukankah ini adalah serupa dengan jawaban orang-orang musyrik dahulu ketika mereka diseru kepada tawĥiid.. 

“Dan mereka takjub (heran) karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan (Rasuulullah) dari kalangan mereka. Dan berkatalah orang-orang kafir: ‘Ini adalah seorang tukang sihir yang sangat pendusta. Apakah ia menjadikan ilaah-ilaah (yang berhak diibadahi dan disembah) itu hanya satu saja? Sesungguhnya hal ini adalah sesuatu yang sangat menakjubkan (mengherankan).’” (Terjemahan surat Shaad ayat ke 4 dan ke 5) 

“Dan demikianlah, tidaklah Kami mengutus sebelummu dalam suatu negeri seorang pemberi peringatan pun melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendapati bapak-bapak kami di atas suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka’. (Rasuul itu) berkata: ‘Apakah (kalian akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untuk kalian (sesuatu) yang lebih (nyata) petunjuknya (kebenarannya) daripada apa yang kalian dapati bapak-bapak kalian di atasnya?’ Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami terhadap apa yang kamu diutus dengannya adalah orang-orang yang ingkar (kafir)’ Maka Kami binasakan mereka maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (Terjemahan surat Az-Zukhruf ayat 23, 24 dan 25) 

Maka kita jawab ucapan mereka: “Saudaraku, kami tidak mengingkari adanya syafa‘at, kami juga tidak mengajak kalian untuk merendahkan orang-orang saleh, kami juga tidak mengingkari adanya wali-wali Allah, namun jangan kita berlebihan ekstrim.. jangan pula kita menyepelekan, namun berlaku adillah, letakkanlah sesuatu pada tempatnya. Berdoalah kalian hanya kepada Allah, berdoalah memohon langsung   kepada-Nya, jangan kalian mengambil antara kalian dengan-Nya seorang perantarapun! Bukankah kalian meyakini bahwasanya Allah Maha Mendengar?” 

Demikianlah, dan patut untuk diketahui bahwasanya syafa‘at itu ada dua: syafa‘at yang ditetapkan adanya dan syafa‘at yang dinafikan, dan syafa‘at juga memiliki syarat-syarat yang tanpanya maka syafa‘at tersebut tidak akan terwujud. Begitu pula tentang wali-wali Allah, padanya terdapat syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan, karena di sana ada wali-wali setan. Kalaulah tidak karena bermaksud agar pembahasan ini ringkas maka aku akan menyebutkannya di sini dengan izin Allah, namun insyaa-allah pada kesempatan yang lain saja kita akan membahas tentang masalah syafa‘at dan wali-wali Allah. 

Ya Allah jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertawĥiid dan jangan jadikan kami termasuk orang-orang yang musyrik.



pembatal keislaman [3] : syirik akbar
12 Januari 2008, 12:35 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

1.      Syirik akbar.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni jika Ia dipersekutukan, dan Allah mengampuni (dosa) yang di bawah itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang menyekutukan Allah (berbuat syirik) maka sungguh ia telah berbuat dosa yang sangat besar.” (Terjemahan surat An-Nisaa` : 48)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni jika Ia dipersekutukan, dan Allah mengampuni (dosa) yang di bawah itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang menyekutukan Allah (berbuat syirik) maka sungguh ia telah sangat jauh tersesat ”. (Terjemahan surat An-Nisaa` : 116)

“Sungguh-sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah adalah Al-Masiiĥ putra Maryam, padahal telah berkata Al-Masiiĥ: ‘Ya Banii Israa-iil beribadahlah kalian (hanya) kepada Allah Rabbku dan Rabb kalian’. Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah maka sungguh telah Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim itu seorang penolongpun”. (Terjemah surat Al-Maa-idah : 72)

Demikianlah teman, betapa berbahayanya kesyirikan. 

Syirik adalah: menyekutukan atau menyetarakan Allah dengan selain Allah pada hal-hal yang hal tersebut merupakan kekhususan Allah. 

Dan syirik ada dua macam:

1. Syirik besar atau syirik akbar: yaitu perbuatan yang ditetapkan dalam diin Islaam sebagai perbuatan syirik dan mengeluarkan pelakunya dari diin Islaam.

2. Syirik kecil: yaitu perbuatan yang ditetapkan dalam diin Islaam sebagai perbuatan syirik tetapi tidak mengeluarkan pelakunya dari diin Islaam, namun ia adalah dosa besar, wajib bertaubat darinya. 

Contoh syirik akbar:

1. jika ada orang yang berkeyakinan bahwa ada makhluk yang mengatur alam semesta ini selain Allah, maka ia telah melakukan perbuatan syirik akbar.

Misalnya: meyakini ada yang bisa menurunkan hujan selain Allah, atau ada yang memberikan rezeki dan mengangkat balak selain Allah.

2. jika ada yang menyerahkan suatu peribadahan kepada selain Allah, maka ia telah melakukan perbuatan syirik akbar. Karena ibadah hanyalah khusus diperuntukkan untuk Allah tidak boleh diserahkan kepada selain Allah.

Misalnya menyerahkan ibadah kepada selain Allah: berdoa meminta keselamatan kepada mayit, menyembelih ayam hitam untuk jin, sujud kepada patung atau jin atau dukun, memberikan sesajen kepada jin-jin atau syetan-syetan. Kita berlindung kepada Allah dari segala macam bentuk kesyirikan.

3. Jika ada manusia yang menamakan dirinya dengan nama Allah atau dengan nama Ar-Raĥmaan maka ia telah melakukan perbuatan syirik akbar. Karena nama Allah dan Ar-Raĥmaan adalah diantara nama-nama yang khusus hanya untuk Allah. 

ü      Perbedaan syirik besar dan syirik kecil adalah:

1. Syirik besar mengeluarkan pelakunya dari diin Islaam. Adapun syirik kecil tidak mengeluarkan pelakunya dari Islaam.

2. Syirik besar menyebabkan pelakunya jika mati dalam keadaan belum bertaubat maka ia akan kekal di neraka. Adapun syirik kecil jikapun pelakunya masuk neraka karena kejelekannya lebih berat daripada kebaikannya maka ia tidak akan kekal di neraka, tempat kembalinya adalah surga.

3. Syirik besar menghapuskan seluruh amalan pelakunya. Adapun syirik kecil hanya menggugurkan amalan yang terhinggapi oleh syirik kecil tersebut.

Lihat pembahasan contoh-contoh kesyiikan yang lebih jelas pada kategori: “Mengenal Kesyirikan” pada blog ini juga.

Dan lawan dari syirik adalah tawĥiid. Setiap mukmin wajib menjaga kemurnian tawĥiidnya. Ia adalah kunci untuk dapat masuk ke dalam surga Allah.

Teman -semoga Allah merahmatimu-, ketahuilah bahwasanya tujuan utama diutusnya para rasul adalah untuk mendakwahkan kepada umatnya agar mereka beribadah hanya kepada Allah, agar mereka mentawĥiidkan Allah dalam peribadahan mereka.

“Dan sungguh telah Kami utus pada tiap-tiap umat rasuul (untuk menyerukan): ‘Sembahlah oleh kalian (beribadahlah kalian hanya kepada) Allah (saja) dan jauhilah At-Thaaghuut itu ‘ “. (Terjemahan surat An-Naĥl : 36)

Bersambung..



Macam-macam pembatal keislaman
12 Januari 2008, 12:21 am
Filed under: Pembatal-Pembatal Keislaaman

Alĥamdulillah, aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi dan disembah kecuali hanya Allah semata, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muĥammad adalah hamba dan rasul-Nya. Selanjutnya teman, ingatlah di antara pembatal-pembatal keislaaman itu adalah:

1.      Syirik akbar

2.      Mengambil perantara antara ia dan Allah ketika memohon hajat atau ditimpa musibah yang ia berdoa dan berharap kepada perantara itu.

3.      Tidak mengkafirkan orang-orang non muslim. Padahal Allah telah mengkafirkan orang-orang yang tidak mau berislaam.

4.      Barangsiapa yang membenci sesuatu hal yang merupakan bagian dari diin ini yang Nabi Muĥammad –‘alayhishshalaatu wassalaam- datang dengannya walaupun orang itu melakukan hal tersebut maka ia telah melakukan perbuatan pembatal keislaaman.

5.      Barangsiapa yang mengolok-ngolok sesuatu bagian dari diin Islaam ini, maka ia telah melakukan perbuatan pembatal keislaaman.

6.      Menghalalkan sesuatu yang telah dimaklumi dalam Islaam bahwa hal tersebut adalah haram.

7.      Berkeyakinan bahwa seseorang itu boleh keluar dari syari‘at Nabi Muĥammad –‘alayhishshalaatu wassalaam-.

8.      Kemunafikan akbar.

9.      Sihir. Barangsiapa yang melakukan sihir atau memintanya atau ridha kepada perbuatan sihir maka sungguh ia telah melakukan perbuatan pembatal keislaaman

10. Saling tolong menolong dengan orang-orang kafir untuk memerangi atau menghancurkan kaum muslimin.

Bersambung..